Kamis, 20 Maret 2014

Sejarah Jakarta – Awal Hingga Sekarang

        Sebagai orang Indonesia tentunya mengenal kota Jakarta sebagai ibukota negara ini. Kota berpenduduk 12 juta jiwa ini merupakan sasaran penduduk dari segala penjuru Indonesia untuk mencari nafkah. Mereka cenderung menjadikan Jakarta sebagai ladang mencari pekerjaan dengan mempertimbangkan gaji penghasilan yang lebih besar ketimbang di wilayah propinsi lain di Indonesia.

     Hal tersebut dapat dipahami mengingat Jakarta merupakan kota metropolitan yang berkembang sangat cepat. Dalam situs luar www.skyscrapercity.com bahkan menempatkan ibukota Jakarta kedalam 50 besar kota dengan biaya termahal! Situs www.city-infos.com yang mengkhususkan menyediakan informasi mengenai kota-kota dunia menempatkan Jakarta kedalam 50 kota terbaik dunia. Pada tahun 2011, penulis Skyscraper Cities by Egbert Gramsbergen and Paul Kazmierczak menempatkan Jakarta kedalam 25 kota terbaik didunia berdasarkan kategori perkembangan jumlah gedung pencakar langit yang berkembang perlahan namun cepat.

Sejarah Jakarta – Dari Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia ke Jakarta

Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta
        Dibalik keruwetan dan kepadatan kota jakarta, sejarah jakarta dimulai sekitar 5 abad yang lalu yang diawali pada sebuah bandar kecil didaerah sungai Ciliwung. Kota ini belum bernama Jakarta kala itu, namun sudah dikenal sebagai kota tempat melakukan aktivitas perdagangan yang ramai. Informasi pasti yang mengungkapkan sejarah jakarta lebih jauh sangat sedikit namun dapat ditemui pada prasasti pada masa lalu.

         Pada abad-16 ketika orang eropa (portugis) mulai datang ke nusantara ini, terdapat penulis eropa yang memberi nama daerah yang masih asing ini dengan sebutan ‘kalapa’ .Kalapa yang dimaksud persisnya merujuk kepada bandar terbesar pada jaman kerajaan Hindu yang dikenal dengan nama ‘Sunda’ yang berada kurang lebih 40 km di daerah yang masih berupa pedalaman (diperkirakan berada di kota Bogor saat ini).

      Ketika pertama kali menjajaki kota ‘kalapa’ ini, rombongan orang eropa yang merupakan orang portugis diserang oleh seorang pemuda yang bernama Fatahillah. Nama ini yang kemudian dijadikan sebuah nama jalan dan museum yang sangat terkenal bagi penduduk jakarta. Pemuda ini berasal dari kerajaan yang berkuasa didaerah Kalapa kemudian merubah sebutan ‘Sunda’ dan ‘Kalapa’ (Sunda Kelapa) menjadi Jayakarta yang memiliki arti ‘Kemenangan yang tercapai‘ pada tanggal 22 Juni 1527. Peristiwa tersebut lah yang akhirnya menjadi tonggak kelahiran atau ulang tahun kota jakarta setiap tahunnya.

    Seriring dengan perkembangan waktu, orang-orang belanda masuk dan menguasai nusantara pada abad-16  juga turut menguasai Jayakarta pada masa itu sehingga nama Jayakarta diubah menjadi Batavia. Penamaan kata Batavia oleh orang belanda didasari oleh adanya kemiripan dengan keadaan di negeri Belanda pada masa itu yang masih banyak terdapat rawa-rawa. Orang belanda mulai membangun kanan, bendungan dan pengairan untuk mencegah banjir. Mereka juga membangun kota Batavia ini termasuk dengan balai kota sebagai pusat / markas utama mereka saat itu. Adapun Balai Kota ini masih berdiam dan menjadi bukti sejarah jakarta hingga saat ini yang kemudian dikenal dengan nama Museum Benteng Fatahillah.

      Pembangunan kota oleh orang belanda lebih cenderung berkembang kearah selatan Batavia ( Jalur Jakarta Pusat ke Selatan saat ini ). Perkembangan yang maju secara cepat membuat lingkungan kota menjadi cepat rusak sehingga membuat pimpinan Belanda saat itu harus memindahkan kegiatan pemerintahaan ke lokasi yang lebih tinggi yang bernama Weltervreden. Kekuasaan belanda ini terus bertahan hingga awal abad-20 ketika semangat nasionalisme Indonesia mulai dikobarkan oleh sekelompok mahasiswa di Batavia.

Ketika Jepang masuk ke nusantara dan berhasil menduduki nusantara pada tahun 1942 – 1945, nama Batavia diubah oleh orang Jepang menjadi Jakarta. Kota ini yang akhirnya menjadi tempat pertama dibacakan proklamasi kemerdekaan RI dengan pengibaran bendera merah putih oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah Jepang menyerah tanpa syarat selepas dibomnya kota Hiroshima dan Nagasaki oleh sekutu dan Indonesia mendapatkan kedaulatan secara resmi pada tahun 1949 serta menjadi anggota Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pada tahun 1966 dengan memasukkan Jakarta sebagai ibukota resmi.

     Hal tersebut mendorong pemerintahan untuk berfokus dalam membangun pusat perekonomian di kota jakarta ini seperti gedung-gedung pemerintahaan, kedutaan negara sahabat. Ibukota jakarta terus berkembang sebagai kota metropolitan yang modern hingga saat ini.

TUGAS 1





1.   Jelaskan konsep “Penalaran” menurut kalian?

  Pengertian Penalaran mempunyai beberapa pengertian yaitu :

1. proses berfikir logis sistematis terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan
2.  menghubung-hubungkan data atau fakta sampai dengan suatu simpulan
3.  proses menganalisis suatu topik sehingga mengahsilkan suatu simpulan
    
Konsep dan simbol dalam penalaran :

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis

2.   Bagaimana wujud dari evidensi?

Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu

3.   Jelaskan & Berikan contoh cara menguji data, menguji fakta dan cara menilai otoritas?

Cara Menguji Data

Ditujukan supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupaka fakta. Dibawah ini merupak cara untuk pengujian data.



  •  Obervasi
  •  
  • Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.

  •  Kesaksian

Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.

  • Autoritas

Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.

Cara Menguji Fakta

Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data” atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sunguh – sunguh terjadi.

  • Konsistensi

Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan.

  • Koharensi

Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalah koharensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.

Cara Menilai Autoritas

Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas – desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sunguh – sunguh didasarkan atas penelitian atau data – data eksperimental. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memeilih beberapa pokok berikut:

  • Tidak Mengandung Prasangka

Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.

  • Pengalaman dan Pendidikan Autoritas

Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal.

  • Kemashuran dan Presite

Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.

  • Khorensi dengan Kemajuan

Hal yang keempat yang perlu diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.

4.   Jelaskan perbedaan silogisme kategorial, silogisme hopotesis dan silogisme alternative?

  • Silogisme Kategorial

 Yang dimaksud dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan prosposisi yang ketiga. Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi katergorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap-tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya :
1.   Semua buruh adalah manusia pekerja.
2.   Semua tukang batu adalah buruh.
3.   Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.
Dalam rangkaian pernyataan di atas terdapat tiga proposisi a + b + c. Dalam rangkaian silogisme kategorial hanya terdapat tiga term, dan tiap term muncul dalam dua proposisi.

  • Silogisme Hipotesis

 Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
Jika P, maka Q
Contoh silogisme hipotesis :



Premis mayor  : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.


Premis minor  : Hujan tidak turun.


Konklusi          : Sebab itu panen akan gagal.

Dalam kenyataan, yaitu bila kita menghadapi persoalan, maka kita dapat mempergunakan pola penalaran di atas.

  • Silogisme Alternatif

 Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya porposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Sebagai contoh berikut :



Premis mayor  : Ayah ada dikantor atau dirumah


Premis minor  : Ayah ada dikantor


Konklusi          : Sebab itu, ayah tidak ada dirumah.


Atau
Premis mayor  : Ayah ada dikantor atau dirumah



Premis minor  : Ayah tidak ada dikantor


Konklusi          : Sebab itu, ayah ada dirumah.




Secara praktis kita juga sering bertindak seperti itu. Untuk menetapkan sesuatu atau menemukan sesuatu secara sistematis kita bertindak sesuai denga pola silogisme alternatif itu.


5.   Sebutkan Jenis-jenis cara berfikir induktif dan Jelaskan?

Penalaran Induktif
Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif :

a) Generalisasi :
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum

Contoh generalisasi :
v Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

v Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

b) Analogi :
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

c) Hubungan kausal :
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :

1) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

2) Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

3) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

Induksi merupkan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Misalkan kita mempunyai fakta bahwa katak makan untuk mempertahankan hidupnya, ikan , sapi, dan kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa semua hewan makan untuk mempertahankan hidupnya.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis, maskudnya melalui reduksi terhadap berbagai corak dan sekumpulan fakta yang ada dalam kehidupan yang beraneka ragam ini dapat dipersingkat dan diungkapkan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah sekedar koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan juga fakta-fakta tersebut.
Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu melainkan menekankan kepada strukstur dasar yang menyangga wujud fakta. 

Sebagai contoh, bagaimanapun lengkapnya dan cermatnya sebuah pernyataan dibuat untuk mengungkapkan betapa nikmatnya hubungan intim dirasakan seorang wanita atas keinginan suka sama suka dan perihnya hubungan intim karena pemerkosaan, tidak mungkin dapat merreproduksikan hal itu.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa hubungan intim atas dorongan suka sama suka indah, nikmat, dan hubungan intim karena pemerkosaan sangatlah menyakitkan. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Misalkan dari contoh sebelumnya bahwa kesimpulan semua hewan perlu makan untuk mempertahankan hidupnya, kemudian dari kenyataan bahwa manusia juga perlu makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dapat dibuat lagi kesmpulan bahwa semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidupnya. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang main lama makin bersifat fundamental.



SUMBER:
http://astriedtungga.blogspot.com/2014/03/penalaranproposisiinferensi-dan.html
http://nabella2326.blogspot.com/2012/03/wujud-evidensi.html
http://alfiawati.blogspot.com/2013/04/softskill-penalaran-evidensi-inferensi.html
http://fachruramadhan.blogspot.com/2013_03_01_archive.html
http://irabieber.wordpress.com/2011/10/26/penalaran-deduktif-dan-induktif/